Selasa, 26 Januari 2010

RAHASIA KESUKSESAN DUNIA AKHIRAT

KH SHOHIBUL FAROJI AL-ROBBANI: INSPIRASI AL-QUR'AN SURAH AL-'ASHR: RAHASIA KESUKSESAN DUNIA AKHIRAT

Catatan KH SHOHIBUL FAROJI AL-ROBBANI
INSPIRASI AL-QUR'AN SURAH AL-'ASHR: RAHASIA KESUKSESAN DUNIA AKHIRAT
Oleh: KH.S.Faroji Ar-Robbani Al-Azhamatkhan

Pendahuluan

Surat al-‘Ashr terdiri dari tiga ayat. Menurut Ibnu ‘Abbas, Abdullah bin Zubair, dan Jumhur Ulama, surat ini diturunkan di Mekah. Namun Mujahid, Qatadah, dan Muqatil berpendapat bahwa surat ini diturunkan di Madinah sesudah surat al-Insyirah. Teks surat sebagai berikut:

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”


Hidup Sukses

Jika surat al-‘Ashr ini diamati secara seksama, maka akan kita temui rumusan konsep hidup manusia sukses di dunia dan di akhirat. Pada surat ini tergambar tentang problem kehidupan manusia yang tidak mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan seefektif mungkin; begitu juga semua karya mereka tidak dilandasi oleh motifasi iman; sehingga kehidupan mereka diklaim oleh Allah SWT sebagai kehidupan yang merugi (Khusr).

Kerugian tersebut bisa berwujud dalam bentuk duniawi ataupun ukhrawi. Bentuk kerugian duniawi misalnya seseorang yang tidak dapat mempergunakan waktunya dengan baik, apalagi menyia-nyiakannya, maka kehidupan orang tersebut akan mengalami banyak kesulitan; dan akan tipislah tercapainya tujuan; atau besar kemungkinan cita-citanya gagal.

Begitu pula halnya orang yang terlalu memusatkan perhatiannya terhadap materi duniawi, sementara ia melupakan kehidupan ukhrawi, kehidupan seperti inipun akan mendapatkan kerugian besar. Pada prinsipnya sejumlah harta yang dikumpulkan itu tidak ada manfaatnya--jika tidak digunakan dalam hal-hal yang positif karena ketika seseorang meninggal dunia maka seluruh harta itu akan ditinggalkan dengan begitu saja.

Berdasarkan pertimbangan di atas, Allah SWT memberikan peringatan (tazkirah) yaitu diawalinya surat ini dalam bentuk qasam. Ia menggunakan muqsam bihnya dengan al-‘ashr; hal ini memberikan isyarat bahwa faktor waktu/kesempatan dan pemanfaatannya merupakan prasyarat penting yang akan mengantarkan manusia hidup sukses di dunia dan di akhirat. Allah SWT sangat sayang kepada hamba-Nya dengan memberikan jalan keluar dalam bentuk rumusan konsep hidup manusia sukses.

Unsur Hidup Sukses

Untuk terwujudnya hidup sukses menurut surat ini ada 4 unsur yang harus dipenuhi, dan kesemua unsur tersebut saling terkait, yaitu:

1. Iman yang mantap.

Persyaratan utama untuk mengarungi kehidupan di dunia ini adalah adanya pembekalan iman yang mantap yang bersumber dari hati sanubari yang suci. Iman dalam artian membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan merealisasikannya dalam bentuk perbuatan-perbuatan positif yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang tertuang di dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.

Dengan bekal iman, seseorang hanya menyembah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa; dan dengannya akan muncullah pada pribadi orang tersebut adanya rasa persamaan, rasa solidaritas sosial yang tinggi, dan rasa penghargaan atas hak-hak asasi manusia (HAM) sesamanya. Sebab, pada hakikatnya, manusia tidak ada yang lebih tinggi, dan atau tidak ada yeng lebih hina kecuali orang-orang yang dimuliakan oleh Allah yaitu orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. 49: 13 yang berbunyi:

“...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu...”. (QS. Al-Hujurat/49: 13).

Di samping itu, iman merupakan dasar dan kunci serta barometer kehidupan; dari padanya terpencar segala aspek kebaikan. Oleh karena itu, Allah menyatakan di beberapa ayat Al-Qur'an tentang sesuatu perbuatan baru mempunyai nilai atau kwalitas, jika pelaksanaannya dilandasi oleh iman. Sebaliknya, jika perbuatan itu dilandasi oleh unsur kekufuran maka perbuatan tersebut tidak mempunyai nilai bagaikan abu yang ditiup angin keras (lihat QS. 14: 18) atau bagaikan fatamorgana

“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Nur/24: 39).

2. Amal Saleh (Perbuatan atau karya nyata yang positif)

Amal saleh merupakan manisfestasi dari iman yang terpancar dari jiwa seseorang; atau dengan perkataan lain amal saleh merupakan buah dari iman. Imanlah yang mendinamisasikan perbuatan seseorang yang dimotifisir oleh semangat lillahi ta’ala. Di samping itu , iman berfungsi sebagai pengendali gerak perbuatan seseorang sesuai dengan aturan main yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Sepanjang pengamatan penulis kata “amanu” sering berdampingan dengan kata “ ’amilu al-Shalihat”; hal ini memberikan isyarat bahwa iman tanpa disertai dengan amal, itu tidak akan bernilai apa-apa, dan sebaliknya, jika amal tanpa dilandasi oleh iman, maka amal tersebut tidak berdampak dan tidak bernilai di sisi Allah SWT.

Adapun jumlah ayat-ayat yang menjelaskan tentang iman dan amal dan selalu berdampingan di antara keduanya, berkisar sekitar 49 ayat, antara lain: (1). Al-Baqarah: 25, 82, 277; (2) Ali-Imran: 57. (3)Al-Nisa: 121, 172 (4) Al-Maidah: 10, 96; (5) Al-A’raf: 41; (6) Yunus: 4, 9; (7) Hud: 23; (8) Al-Ra’d: 21; (9) Ibrahim: 23; (10).
3. Saling Berwasiat dalam Kebenaran

Jika unsur yang pertama dan kedua terpencar dan dilaksanakan oleh masing-masing individu, maka unsur yang ketiga mengajarkan kepada setiap orang agar saling mengingatkan dan berpesan antar sesamanya dalam kebenaran. Saling isi-mengisi dan saling memberikan informasi dalam hal kebenaran itu tentunya disesuaikan dengan kondisi dan potensi yang ada pada masing-masing individu. Dengan cara ini akan terealisir rasa persatuan dan kesatuan serta semangat ukhuwah Islamiyah yang dilandasi oleh kebenaran.

Namun, proses untuk menuju jalan kebenaran itu tidaklah mudah, di sana banyak liku-liku yang mesti dilalui antara lain:

a. Kemampuan pengendalian diri dari masing-masing pihak bervariatif;

b. Kondisi lingkungan, terkadang kurang kondusif;
c. Adanya kesesatan dan kezaliman di masyarakat bersifat fluktuatif.

d. Pemerintah yang berkuasa terkadang adil dan kebanyakan zalim.
4. Saling berwasiat dalam kesabaran

Terwujudnya unsur kesatu, kedua dan ketiga sangat bergantung kepada kwalitas dan frekwensi ketabahan seseorang tersebut. Sebab, dalam kenyataannya banyak sekali ganjalan dan kendala menuju hidup sukses; baik yang berasal dari internal maupun yang datang dari eksternal. Apakah kendala itu berkait dengan masalah pribadi, atau berhubungan dengan problema masyarakat, bangsa dan negara; kesemuanya itu akan bisa dipecahkan jika dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Al-Qur'an telah menjelaskan secara umum bentuk-bentuk kendala dalam kehidupan. Misalnya: Firman Allah SWT QS. 2: 155, yang redaksinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Di samping itu, Allah akan menyediakan balasan yang setimpal kepada orang yang sabar, misalnya firman Allah:

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera” (QS. Al-Insan/76: 12)

Menurut penelitian penulis, minimal ada 81 ayat yang mendorong orang untuk bersabar. Akan tetapi, sabar dan kesabaran itu bukan berarti pasif dan statis; akan tetapi, sabar itu diartikan sebagai upaya terakhir dari seseorang, setelah yang bersangkutan berusaha maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang tersedia; kemudian ia berani tampil untuk mengambil resiko sebagai langkah pertanggungjawabannya kepada Allah SWT.

Penutup

Nampaknya, surat Al-‘Ashr yang terdiri dari tiga ayat yang singkat dan padat ini memberikan gambaran secara umum konsepsi kehidupan manusia yang pada umumnya berada dalam kerugian. Namun, pada akhirnya Allah SWT memberikan pandangan tentang manusia yang sukses, yaitu orang yang beriman dan mengaktualisasikannya dalam bentuk amal nyata; serta saling berwasiat di antara sesamanya dengan kebenaran dan ketabahan. Konsep inilah yang akan menjamin manusia sukses dunia dan akhirat.

Semoga Allah SWT selalu memberi kemampuan kepada kita semua agar tetap berada pada jalur manusia sukses di masa-masa mendatang, amin. Barakallahu li wa lakum, wallâhu a’lam.

MENYINGKAP HIKMAH KEJUJURAN

Catatan KH SHOHIBUL FAROJI AL-ROBBANI: MENYINGKAP HIKMAH KEJUJURAN

Catatan KH SHOHIBUL FAROJI AL-ROBBANI
MENYINGKAP HIKMAH KEJUJURAN

Salah satu sifat yang berpengaruh besar pada tindakan seseorang adalah kejujuran. Pekerjaan yang dilakukan secara individual atau kelompok akan gagal manakala kebohongan terjadi. Krisis bangsa ini pun terjadi karena transparansi sangat mahal harganya. Istilah “kebohongan publik” makin populer dalam pemberitaan media cetak maupun elektronik. Masyarakat juga dibosankan dengan berbagai kilah dan dalih yang bermunculan.

Kejujuran masih sulit didapatkan ketika proses penataan kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap kita mendengar dugaan korupsi yang merugikan negara trilyunan rupiah, menguap begitu saja tanpa penyelesain hukum yang berarti. Bahkan, fungsi hukum yang telah melahirkan “kebohongan legitimate” tidaklah berlebihan. Pasal-pasal karet pun jadi primadona, untuk melindungi para tersangka. Persidangan dihadirkan lengkap dengan berbagai atraksi putar-balik ayat dan pasal.

Situasi ini nampaknya harus dicarikan obat agar tidak menjadi budaya masyarakat. Ada satu kisah menarik tentang sahabat Rasulullah yang mengaku punya kebiasaan mabuk, judi, zina dan sifat jelek lainnya. Ia meminta kepada Rasullah satu petuah agar bisa jadi muslim yang shalih. Nabi bersabda “Kamu jangan berbohong”. Lalu orang tersebut, berkata “cuman itu, ya Rasulullah”. “Iya, laksanakanlah nanti datang lagi ke saya” kata nabi.

Selanjutnya, ketika ingin melakukan judi, dia berguman dalam hatinya, “kalau aku melakukan kebiasaan itu, dan nabi bertanya kepadaku, bagaimana nanti aku menjawabnya, sementara tidak boleh berbohong” . Akhirnya perbuatan itu tidak terulang lagi, setiap dia mengingat pesan Nabi. Efeknya, bukan saja telah menghentikan kebiasaan judi, tapi semua perbuatan terjela yang biasa dia lakukan.

Lewat beberapa hari, nabi bertemu dengannya dan bertanya “Apakah kamu masih melakukan perbuatan tercela yang pernah kamu ceritakan?” . Orang itu menjawab “ Semuanya sudah saya tinggalkan ya Rasulullah”. “Kenapa ?” , lanjut Nabi. Dengan enteng orang itu menjawab “Setiap kali aku ingin melakukannya, dilanda kebingunan tentang jawabannya padahal paduka menyuruh untuk tidak bohong”.

Begitulah sekelumit efek domino dari kejujuran yang dapat dijadikan pelajaran. Kalau saja para pemimpin memahaminya, niscaya negeri ini tidak terperosok ke dalam krisis yang sekarang terjadi. Masih banyak perbuatan dan perkataan dari para pemimpin kita yang paralel dengan dugaan tindak pindana korupsi. Kecuali informasi tidak utuh, penyelesainnya pun tidak pernah tuntas.

Peristiwa sahabat nabi di atas, sebenarnya akan jadi penangkal kalaupun peraturan perundangan-undangan yang ada bisa melindungi dirinya. Tinggal bagaimana para pemimpin memberikan tauladan dengan melakukannya langsung (ibda bi nafsik). Tidak menjadi retorika manis ketika bicara di publik, akan tetapi bersemai dalam setiap tugas mengemban amanat kepemimpinannya.Wa Allah ‘alam bi shawab.

Kamis, 21 Januari 2010

JER BASUKI MAWA BEYA

BASUKI iku tegese slamet, raharjo, apa kang ginayuh, apa kang sinedya klakon utawa keturutan. Sing digayuh utawa dipengini mau ora bakal kasembadan yen ora dikantheni usaha, pangupadaya, lan pangurbanan. Ora ana kahanan kepenak lan barang pengaji kang bisa ditampa kanthi lelahanan. Ora ana barang kang gratis, kabeh mau kudu dibayar utawa ditohi pangurbanan. Yen kepengin duwe dhuwit ya kudu nyambutgawe, yen kepengin pinter ya kudu sekolah utawa sinau. Tarkadhang pengurbananen wis akeh, nanging gegayuhane durung bisa kecekel.

Pancen ana tetembungan ‘’thenguk-thenguk nemu kethuk’’. Thenguk-thenguk tanpa tumandang gawe dumadakan nampa barang kang pengaji, yaiku kethuk. Nanging kuwi mau mung dhapur kebeneran, sing kedadeyane langka utawa arang banget. Ora angger thenguk-thenguk mesthi banjur nemu kethuk. Mung thenguk-thenguk tanpa tumandang gawe ya ora bakal oleh apa-apa.

Supaya basuki ya kudu gelem tumandang, gelem usaha, ora wedi kangelan. Ana sing duwe panemu menawa beya iku tegese dhuwit. Dadi, supaya sedyane kasembadan, wong iku kudu gelem cucul dhuwit. Panemu mau kaya-kaya ana benere, luwih-luwih yen dijumbuhake karo kahanan jaman saiki. Jaman saiki apa bae bisa dituku nganggo dhuwit. Supaya anake bisa ditampa ana sekolah favorit bisa disranani dhuwit. Gelar kesarjanaan bisa ditampa, waton wani mbayar. Supaya oleh pegaweyan, supaya munggah pangkat, supaya ‘’ora kejiret hukum’’ kabeh mau bisa disranani nganggo dhuwit. Jaman saiki dhuwit iku pancen kuwasa, apa bae bisa dituku waton nganggo dhuwit sing akeh.

Nanging beya iku ora mung ateges dhuwit. Beya ing sesanti mau uga ateges usaha lan pangurbanan. Ya mung usaha sing tlaten, pambudidaya kang ora kendhat, perjuangan kang ulet, apa sing digayuh lan dipengini bisa kasembadan. Dhuwit iku uga mujudake srana sing piguna, nanging ora cukup yen mung ngendelake dhuwit thok. Tekad, usaha, pangurbanan iku luwih wigati katimbang dhuwit. Yen mung ngendelake dhuwit, asil kang ditampa akeh kekurangane, akeh cacate.

Dhuwit iku pancen digdaya, nanging ora kabeh gegayuhan bisa disranani nganggo dhuwit. Ngendelake dhuwit bisa mrosotake ajine barang kang digayuh. Ijazah tukon, gelar tukon, pangkat tukon iku luwih asor pengajine yen katandhing karo sing dudu tukon.

Jer basuki mawa beya, kahanan kang luwih kepenak, katekane apa sing digayuh, iku mbutuhake pa-ngurbanan. Ora ateges menawa ana dhuwit mesthi basuki. Ewadene nalika ana kacilakan lalu lintas, penumpange padha ngresula marga padha nandhang tatu, ana sing aweh komentar nganyelake, ‘’Wong bayarane murah kok njaluk slamet’’. Dadi, slamet lan orane diukur saka bayarane.

Jer basuki mawa beya, keslametan lan kasembadaning sedya iku mung bisa ginayuh srana pangurbanan. Beya ora ateges dhuwit. Tanpa usaha, tanpa pambudidaya lan pangurbanan tangeh bisane basuki.




SEPERTI INIKAH WAJAH ORANG YANG PENUH DENGAN DOSA....KAPAN AKAN BERTAUBAT....

INGAT....TAUBATLAH SEGERA SEBELUM KAMU DI PANGGIL ALLAH SWT.....

Senin, 18 Januari 2010

MAKAN


  • Makan untuk hidup tetapi hidup bukan untuk makan
  • Makanlah selagi kamu lapar dan berhentilah kamu makan sebelum kamu kenyang

Sabtu, 16 Januari 2010


Ketuhanan 1. Gusti ALLAH iku siji, ana ing ngendi papan langgeng, sing nganakake jagad iki saisine dadi sesembahane wong sak alam kabeh, nganggo carane dhewe-dhewe. 2. Gusti ALLAH iku ana ing ngendi papan, aneng siro uga ana Gusti ALLAH , nanging aja siro wani ngaku Gusti ALLAH . 3. Gusti ALLAH iku adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa senggolan. 4. Gusti ALLAH iku langgeng, tan kena kinaya ngapa, sangkan paraning dumadi. 5. Gusti ALLAH iku bisa mawujud, nanging wewujudan iku dudu Gusti ALLAH . 6. Gusti ALLAH iku kuwasa tanpa piranti, akarya alam saisine, kang katon lan kang ora kasat mata. 7. Gusti ALLAH iku ora mbedak-mbedakake kawulane. 8. Gusti ALLAH iku maha welas lan maha asih hayuning bawana marga saka kanugrahaning Gusti ALLAH . 9. Gusti ALLAH iku maha kuwasa, pepesthen saka karsaning Gusti ALLAH ora ana sing bisa murungake. 10. Urip iku saka Gusti ALLAH , bali marang Gusti ALLAH . 11. Gusti ALLAH iku ora sare. 12. Beda-beda pandumaning dumadi. 13. Pasrah marang Gusti ALLAH iku ora ateges ora gelem nyambut gawe, nanging percaya yen Gusti ALLAH iku maha Kuwasa. Dene kasil orane apa kang kita tuju kuwi saka karsaning Gusti ALLAH . 14. Gusti ALLAH nitahake sira iku lantaran biyung ira, mulo kudu ngurmat biyung ira. 15. Sing bisa dadi utusaning Gusti ALLAH iku ora mung jalma manungsa wae. 16. Purwa madya wasana. 17. Owah gingsiring kahanan iku saka karsaning Gusti ALLAH kang murbeng jagad. 18. Ora ana kasekten sing madhani pepesthen awit pepesthen iku wis ora ana sing bisa murungake. 19. Bener kang asale saka Gusti ALLAH iku lamun ora darbe sipat angkara murka lan seneng gawe sangsaraning liyan. 20. Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Gusti ALLAH lan bener saka kang lagi kuwasa. 21. Bener saka kang lagi kuwasa iku uga ana rong warna, yakuwi kang cocok karo benering Gusti ALLAH lan kang ora cocok karo benering Gusti ALLAH . 22. Yen cocok karo benering Gusti ALLAH iku ateges bathara ngejawantah, nanging yen ora cocok karo benering Gusti ALLAH iku ateges titisaning brahala. 23. Gusti ALLAH iku dudu dewa utawa manungsa, nanging sakabehing kang ana iki uga dewa lan manungsa asale saka Gusti ALLAH . 24. Ala lan becik iku gandengane, kabeh kuwi saka karsaning Gusti ALLAH . 25. manungsa iku saka dating Gusti ALLAH , mula uga darbe sipating Gusti ALLAH . 26. Gusti ALLAH iku ora ana sing Padha, mula aja nggambar-nggambarake wujuding Gusti ALLAH . 27. Gusti ALLAH iku kuwasa tanpa piranti, mula saka kuwi aja darbe Gusti ALLAH yen manungsa iku bisa dadi wakiling Gusti ALLAH . 28. Gusti ALLAH iku kuwasa, dene manungsa iku bisa. 29. Gusti ALLAH iku bisa ngowahi kahanan apa wae tan kena kinaya ngapa. 30. Gusti ALLAH bisa ngrusak kahanan kang wis ora diperlokake, lan bisa gawe kahanan anyar kang diperlokake. 31. Watu kayu iku darbening dating Gusti ALLAH , nanging dudu Gusti ALLAH .